Kamis, 01 April 2010

pabrik gula pesantren baru, kediri

Proses Pembuatan Gula

Pabrik Gula Pesantren Baru memproduksi gula dengan bahan baku tebu. Pada tahun 2009 kapasitas terpasang 6200 TCD. Pada prinsipnya produksi gula di PG. Pesantren Baru ini mulai dari penyiapan bahan baku (tebu) sampai menjadi produk (gula) melalui beberapa proses, secara garis besar yaitu:

Emplacement
Tebu diterima di cane yard untuk didaftarkan dan ditimbang. Berat total tebu yang ditimbang per hari ini digunakan sebagai dasar perhitungan proses produksi. Lori-lori yang berisi tebu ditimbang dan diatur sedemikian rupa sehingga penggilingan dapat dilakukan sesuai dengan urutan kedatangan atau FIFO = first in first out.

GILINGAN
Tebu dari lori dan truk diangkat dan diletakkan di meja tebu kemudian tebu tebu dibawa ke cane cutter I dan cane cutter II oleh cane carrier untuk dipotong, potongan-potongan tebu ini diserabutkan dengan HDHS, kemudian dibawa ke unit gilingan dengan cane elevator.
PG. Pesantren Baru mempunyai 5 unit gilingan. Pemerahan pada gilingan I menghasilkan nira I dan ampas I, ampas I dibawa intermediate carrier ke gilingan II untuk diperah lagi demikian juga pada gilingan III, IV dan V.
Untuk mengambil gula yang masih tertinggal dalam ampas dilakukan imbibisi pada semua ampas yang dikeluarkan dari tiap-tiap gilingan, kecuali ampas gilingan V.
Proses imbibisi pada ampas gilingan I dilakukan dengan penambahan nira III, ampas gilingan II dengan penambahan nira IV, dan ampas gilingan III dengan penambahan nira V.
Pada ampas IV ditambahkan air dengan suhu sekitar 70 – 80 ºC. Jumlah air yang ditambahkan kira-kira 30 % dari berat tebu. Dengan proses ini diharapkan kadar gula dalm ampas V dapat ditekan serendah mungkin. Ampas yang keluar dari gilingan V digunakan untuk bahan bakar boiler.

PEMURNIAN
1. Penimbangan Nira Mentah
Setelah nira keluar dari gilingan dan disaring, baik dengan Rotary Cush-Cush Screen dan DSM Screen tersebut ditimbang, timbangan yang digunakan adalah jenis Boulogne, waktu pengisian tergantung kapasitas gilingan, sedang kapasitas alat penimbang adalah 7,5 ton.
Penimbangan ini sangat penting, karena dipakai sebagai dasar-dasar pengawasan pabrikasi.

2. Pemanas Nira Pertama (Primary Juice Heater)
Dari timbangan nira mentah, selanjutnya dipanaskan terlebih dahulu sehingga mencapai temperatur 75 ºC. Karena pada temperatur 75 ºC ini merupakan konsidi optimal terbentuknya endapan CaSO3 dengan tingkat kerusakan sakarosa yang rendah.

3. Proses Defikasi
Setelah mencapai suhu 75 ºC, pada nira mentah ditambahkan susu kapur pada defekator I hingga pH 7,2. Pada defekator II ditambahkan lagi susu kapur, sehingga mencapai pH 8,6. Untuk pemantauan pH pada defekator I diukur dengan larutan BTB, dan pada defekator II dengan indicator pp. Defekator merupakan tangki silindris tegak yang dilengkapi dengan pengaduk, tujuannya supaya campuran nira dan susu kapur homogen.
Untuk menjatah susu kapur digunakan “Splitter Box”.

4. Sulfitasi
Keluar dari proses defikasi, selanjutnya nira mentah menjalani proses sulfitasi untuk dinetralkan dengan gas SO2 sehingga pH-nya mencapai 7,2.
Hasil reaksi ini akan menyelubungi endapan-endapan yang mudah ditapis.
SO2 untuk proses sulfitasi diperoleh dari pembakaran belerang di “Sulphur Burner”. Pemasukan gas SO2 dilakukan lewat Ventury sebelum nira mentah masuk ke bejana sulfitator.

5. Pemanas Nira Kedua (Secondary Juice Heater)
Nira mentah dari bejana sulfitasi dikirim ke pemanas nira II, disini suhunya dinaikkan sampai sekitar 105 ºC.
Tujuannya :
- Menyempurnakan reaksi gas SO2 dengan kelebihan kapur dalam nira.
- Mempercepat pengendapan dan pengeluaran gas.
Sumber panas JH II diperoleh dari uap nira evaporator I dan pengoperasian untuk JH sebagai berikut :
- JH no 1, 2 dan 3 dipergunakan sebagai JH I
- JH no 5, 6 dan 7 dipergunakan sebagai JH II
- JH no 4 dipergunakan sebagai JH I dan juga sebagai JH II

6. Bejana Pengembang (Flash Tank)
Bejana pengembang berfungsi melepaskan gas-gas atau udara yang terlarut dalam nira setelah pemanas kedua agar proses pengendapan pada peti pengendap tidak terganggu, selain itu juga berfungsi untuk mengeliminir fluktuasi aliran yang disebabkan oleh pompa.

7. Snow Balling Tank
Snow balling tank berfungsi untuk menimbulkan efek gumpalan inti endapan agar proses pengendapan di dorr clarifier semakin cepat. Pada tangki ini ditambahkan flokulan ke dalam nira yang keluar dari flash tank.

8. Dorr Clarifier (Bejana Pengendapan)
Di PG. Pesantren Baru menggunakan multitray clarifier yang merupakan suatu silinder dengan dasar berbentuk kerucut landai. Bagian dalam sillinder dibagi menjadi 4 bagian sebagai ruang pengendapan, dan sebuah ruang pemasukkan (ruang buih) atau juga disebut ruang flokulasi yang diletakkan dibagian atas clarifier. Pada bagian tengah ada poros berongga dengan lubang-lubang distribusi pada tiap-tiap ruang pengendapan. Poros ini berputar pelan-pelan yang digerakkan dengan motor listrik. Pengaduk yang dilengkapi dengan “Rubber Scrapper” dipasang sejajar pada poros untuk mengumpulkan kotoran nira yang kemudian dikeluarkan secara kontinyu. Putaran “Rubber Scrapper” searah dengan putaran distributor nira tujuannya supaya tidak terjadi turbulensi.

9. Rotary Vacuum Filter
Berupa silinder horizontal yang berputar lambat, sebagian silinder tercelup pada nira kotor dari clarifier. Bagian permukaan silinder tertutup oleh “screen” (saringan) sebagai penyaring yang dibagi menjadi 20 bagian. Masing-masing bagian dihubungkan ke sistem hampa yang berada pada salah satu ujung silinder.
Nira kotor dari clarifier dipompakan ke mixer untuk dialirkan ke kedua unit Rotary Vaccum Filter. Sebelum masuk ke tangki bak nira kotor yang berada dibawah drum. Pada awal operasi bagian silinder yang tercelup ke bak nira kotor. Karena terhubung dengan vaccum yang rendah akan mengakibatkan nira kotor terangkat. Semakin ke atas hisapannya semakin kuat, kenaikkan vaccum ini diatur oleh katup distributor vaccum. Sambil berputar lapisan nira kotor ini akan melewati beberapa sprayer air yang menyemprotkan air dengan suhu 85 - 95 ºC maka terjadilah proses pencucian nira beserta air pembilasnya terisap sedangkan kotorannya menempel terus dipermukaan screen. Nira yang terisap dikirim ke tangkai nira mentah tertimbang sedang blotongnya setelah melewati wilayah yang tidak menghisap dilepas dengan “Rubber Scrapper” sehingga jatuh ke corong penampung blotong sebagai limbah padat.

10. Alat Pembuatan Susu Kapur
Difungsikan untuk melarutkan batu kapur sehingga mencapai kepekatan 6ºBe. Susu kapur berasal dari kapur tohor yang dipadamkan.

PENGUAPAN
Kandungan air pada nira jernih cukup tinggi yaitu . Untuk menghilangkan air, agar diperoleh nira yang pekat perlu proses penguapan yang dilakukan di Evaporator.
Badan penguapan yang digunakan adalah jenis falling film plate evaporator sebagai badan I dan calandria evaporator. PG Pesantren Baru mempunyai 7 buah evaporator, Pemanasan badan I digunakan uap bekas, sedang badan-badan berikutnya menggunakan uap nira badan didepannya. Karena suhu tinggi merusakkan sakarosa, maka proses penguapan dilakukan dalam tekanan vaccum dan dalam system bertingkat.
Hasil dari proses evaporasi ini berupa nira kental dengan kepekatan (30-32)º Be. Untuk menghasilkan tekanan vacuum pada proses evaporasi digunakan bejana pengembun (kondensor). Ini terjadi karena adanya perubahan fasa uap menjadi embun (kondensasi) yang disebabkan adanya kontak antara uap nira dengan air pendingin dalam hal ini air injeksi didalam kondensor. Dengan adanya perubahan fasa maka terjadi perubahan suhu yang besar sehingga terjadi penurunan tekanan. Uap nira dialirkan ke kondensor adalah uap dari evaporator terakhir.

KRISTALISASI
Kristalisasi bertujuan mengubah sukrosa dari bentuk larutan menjadi kristal, dengan cara menguapkan nira kental sampai kekentalan 78 – 80 º Brix, sehingga memungkinkan terjadi penempelan. Kristal yang terbentuk sedapat mungkin mempunyai ukuran yang sesuai dengan criteria kristal. Pada vacuum pan diusahakan tidak terbentuk kristal palsu.
Proses kristalisasi pada PG Pesantren Baru menggunakan skema masak ACD.

PUTERAN
Ada dua jenis puteran yaitu puteran diskontinyu dan puteran kontinyu. Puteran diskontinyu untuk masakan A dan SHS, sedang yang puteran kontinyu untuk masakan C dan D. Puteran diskontinyu yang beroperasi secara otomatis seperti dipergunakan PG. Pesantren Baru disebut High Grade Fugal’s (HGF) sedangkan yang kontinyu disebut Low Grade Fugal’s (LGF).

SUGAR HANDLING
Berfungsi untuk mengangkut gula produk SHS yang keluar dari HGF menuju pengemasan, dalam perjalanan menuju pengemasan gula dikeringkan dan didinginkan di “Sugar Dryer and Cooler” agar kadar air dalam gula yang turun dari HGF yang masih relatif tinggi dapat diturunkan sampai seperti yang diinginkan. Setelah gula dingin dan kering gula dimasukan ke “Vibrating Screen” untuk diseleksi. Hanya kristal gula yang berukuran normal saja (0,9 mm – 1,1 mm) yang dikarungi, gula yang abnormal dilebur dan diproses kembali.
Menjelang akhir perjalanan menuju pengemasan gula produk ini masuk ke “Auto Sugar Scaler” untuk ditimbang. Satu kali timbang kg, tidak lebih dan tidak kurang, kalaupun ada toleransi diijinkan kecil sekali.
About The Author
Bie, that's my name. Im just an ordinary blogger.Ea eam labores imperdiet, apeirian democritum ei nam, doming neglegentur ad vis. Ne malorum ceteros feugait quo, ius ea liber offendit placerat, est habemus aliquyam legendos id. Eam no corpora maluisset definitiones.
Share This
Subscribe Here

0 komentar:

Posting Komentar

 
The Corrs ~ Everybody Hurts

Get more songs & code at www.stafaband.info

dasa nusantara Copyright © 2009 DarkfolioZ is Designed by Bie Blogger Template for Ipietoon